Senin, 07 Maret 2011

AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI PESAN UNTUK INDIVIDU MUSLIM ALI IMRAN 110 dan AZ ZUMAR AYAT 9

“ Apakah orang yang khusyu’ beribadah diwaktu malam, sambil bersujud dan sambil berdiri, takut akan hari akhirat dan orang yang mengharapkan rahmat Tuhanya sama dengan orang yang tiada melakukan hal demikian? Katakanlah, “samakah orang yang berilmu dan orang yang tiada berilmu? Hanyalah orang yang berpikiran yang menerima peringatan (Az Zumar 9)
Ayat sebelumnya berbicara mengenai orang yang tidak beriman yang dikecam oleh Allah, dan ayat diatas menegaskan perbedaan sikap dan ganjaran yang akan mereka(orang kafir) terima dengan yang diterima oleh orang orang beriman. Ayat ini menggambarkan sikap lahir batin mereka yang tekun beribadah itu. Sikap lahir digambarkan dengan kata-kata sajidan/sujud dan Qa’iman/berdiri dan sikap batinya dengan yakhdzarul akhirah, wa yarjuu rahmah: Takut akan akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan.
Ayat diatas menggarisbawahi rasa takut hanya pada akhirat, sedang rahmat tidak dibatasi dengan akhirat sehingga dapat mencakup rahmat duniawi dan Ukhrawi. Seorang mukmin hendaknya tidak merasa takut menghadapi kehidupan dunia apapun yang terjadi selama ia bertakwa kepada Allah. Takwa salah satunya terwujud melalui rasa takut terhadap hari akhirat. Takut disini bukan bermakna takut yang menimbulkan rasa putus asa (apatis) tetapi lebih pada makna waspada. Seorang mukmin dalam memjalani kehidupan hendaknya senantiasa waspada sehingga akan selalu meningkatkan ketakwaanya, namun tidak pernah kehilangan optimisme (baik sangka) kepada Allah.
Mengenai lafadz ya’lamuun dalam ayat di atas menunjukan betapa ilmu pengetahuan merupakan hal penting yang perlu dimiliki manusia. Ilmu pengetahuan yang dimakud adalah ilmu yang bermanfaat. Dengan ilmu yang bermanfaat maka manusia akan mengetahui hakikat segala sesuatu, dan berusaha menyesuaikan diri dengan ilmu tersebut. Dan kata yatadzakkarun menunjukkan betapa banyaknya pelajaran yang dapat diperoleh orang yang bergelar ulul albab ini.
Di akhir ayat, Allah menyatakan bahwa hanya orang-orang yang berakal yang dapat mengambil pelajaran. Pelajaran tersebut baik dari pengalaman hidupnya atau dari tanda-tanda kebesaran Allah yang terdapat dilangit dan di bumi serta isinya, juga yang terdapat dalam dirinya atau teladan dari kisah umat yang lalu. Jika di urutkan setidaknya ada tia hal pokok yang dapat diambil pelajaran dari ayat diatas yaitu:
Pertama, Tidaklah sama antara hamba Allah yang menyadari dirinya sebagai hamba-Nya, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah dan menaati perintahnya dengan orang yang mendustakan nikmat Allah. Kedua, Tidaklah sama orang yang mengetahui ilmu pengetahuan dan yang tidak berilmu. Dan Ketiga Hanya orang yang sehat akalnya yang dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah.
Kemudian dari Surah Ali Imran Ayat 110:
Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia karena kamu menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah,sekiranya ahli kitab beriman tentulah itu lebih baik bagi mereka. Diantara mereka ada yang beriman namun kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik “
Kita dapat mengambil pesan dari ayat diatas bahwa umat terbaik yang diciptakan Allah ialah umat yang menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah SWT.
Dari kedua surah diatas setidaknya kita dapat mengambil beberapa pesan terkait nilai akhlak dalam kehidupan manusia :
1. Kesadaran diri sebagai hamba yang memahami tanda-tanda kekuasaan Allah yang memberi dampak ketaatan kepada Sang Pencipta.
2. Pentingnya ilmu pengetahuan yang merupakan instrument utama manusia dalam menjalankan peranya sebagai kahlifah di bumi. Ilmu inilah yang akan mengantarkan manusia memahami hakikat segala sesuatu dan akan mengarahkan setiap tingkah laku mereka.
3. Hanya orang yang berakal yang mampu menyerap pelajaran dari Allah
4. Keimanan dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar merupakan dua hal yang menjadikan umat islam sebagai umat terbaik ciptaan Allah. Dua hal ini bisa dilihat dari aspek sebagai individu maupaun kaitanya dalam hubungan sosial sesama manusia.
Dari penjelasan sederhana diatas, setidaknya manusia (khususnya umat muslim) memiliki bekal yang jelas mengenai nilai akhlak seperti apa yang harus dimiliki dan diamalkan. Sebagai wujud pengamalan dari ayat diatas manusia hendaknya memiliki empat komponen nilai diatas.
Setelah memiliki kesadaran dan memahami posisinya sebagai hamba, manusia akan berusaha memahami tanda kekuasaan Tuhan yang membuatnya belajar dan mengejar pengetahuan, pengetahuan inilah yang akan mengantarkanya pada iman. Iman yang dipadu dengan pengetahuan ini akan menjadi jalan petunjuk untuk melaksanakan peran yang lain yakni amar ma,ruf-nahi munkar untuk menciptakan keselarasan dan keteraturan dalam kehidupan.
Dan dalam rangka menyerap pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah, serta menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dimuka bumi, manusia dituntut memiliki pemahaman yang memadai mengenai keadaan sekitarnya baik lingkungan hidup sesama manusia maupun keadaan lingkungan alam yang merupakan “rumah bersama” seluruh makhluk Tuhan.
Dalam konteks hubungan sosial kita perlu memahami situasi dan kondisi yang tengah menjadi realitas kehidupan. Sebuah realitas kehidupan yang beragam penuh warna perbedaan. Bagaimana kita bisa memahami tanda kekuasaan Allah yang hadir dalam bentuk realitas kehidupan yang penuh keragaman ini. Akhlak seperti apakah yang tepat kita terapkan menghadapi realitas semacam itu?
Bahasan selanjutnya insyaallah akan memaparkan dengan singkat mengenai akhlak dalam kehidupan sesama umat manusia dalam konteks keluarga manusia secara univeral.

Sumber :
•Al-Qur’an dan Terjemahnya
•Khalid, Amru. 2005. Menjadi Mukmin yang berakhlak. Jakarta : Qisthie Press.
•Shihab, M. Quraish. 2009. Tafsir Al Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al Qur’an. Jakarta : Lentera Hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar